Benarkah? Tentu, karena wilayah Aceh Tengah berada diketinggian antara 200 sampai 2.600 meter dari permukaan laut. Bahkan, sebelum memasuki kota Takengon, kita harus melalui sebuah kawasan yang bernama Bukit Menjangan (sekitar 7 Km menjelang kota Takengon) yang berada diketinggian sekitar 1.800 meter dari permukaan laut.
Sebagai wilayah yang berada diketinggian, cuaca di negeri penghasil kopi arabika itu bisa berubah dengan cepat. Dipagi hari, langit Takengon sering terlihat cerah dengan warna biru terang, tetapi menjelang siang, tiba-tiba langit berubah dengan awan hitam menggumpal-gumpal. Bahu gunung disekitar kota Takengon mulai ditutupi awan, jika dilihat dari ketinggian yang nampak hanya puncak gunung.
Seiring dengan itu, kawasan Bukit Menjangan sebagai pintu masuk menuju kota Takengon akan tertutup kabut sehingga para pengendara mobil/motor harus menyalakan lampu kabut. Jarak pandang sekitar 10 meter saat melewati ruas jalan nasional menuju ke arah kota Takengon. Walaupun permukaan jalannya mulus tetapi ruas jalan ini penuh dengan tikungan tajam dan patah. Kalau kurang hati-hati, sangat mungkin pengendara mobil akan terperosok kedalam jurang yang cukup dalam.
Bagi warga Kabupaten Aceh Tengah, perjalanan menembus kabut (awan) merupakan hal yang biasa. Sebab, desa tempat mereka bermukim hampir setiap waktu tertutup kabut, seperti di Ratawali, Atu Lintang, Pantan Terong, dan Atu Gajah. Sebaliknya, bagi orang yang baru pertama sekali menembus kabut (awan) di wilayah Aceh Tengah akan mengakui bahwa mereka seperti berada di negeri khayangan karena yang terlihat hanya awan dan pepohonan dipinggir jalan.
Demikianlah kisah yang diungkapkan Ibu Diana (48) beberapa waktu saat berada di puncak pass Pantan Terong yang view-nya langsung bertumpu ke Danau Laut Tawar. Dia adalah seorang usahawan asal Jakarta yang baru pertama kali menginjakkan kaki di negeri antara. Kunjungannya ke Takengon dalam rangka mengikat kerjasama dalam bisnis kopi. “Saya tidak menduga jika ada negeri seindah Takengon, pantas diberi nama The Paradise Land!” pekik Ibu Diana saat berada di obyek wisata panorama Pantan Terong yang berada diketinggian 2.000 meter dari permukaan laut itu.
Sambil mengunyah pisang goreng yang ditemani secangkir kopi arabika gayo, Ibu Dian mengungkapkan kisah perjalanannya ketika menembus kabut. Saat itu, dia berpikir seperti sedang berada dalam pesawat. Pandangan yang terlihat dari kaca mobil hanya awan putih. Kalau hujan tentu ada air dikaca mobil, namun saat itu tidak terlihat air sedikitpun melekat di kaca mobil. Dia sempat bertanya kepada driver, “benarkah mobil ini sedang menuju ke Takengon?” ungkapnya sambil tertawa renyah.
Sebelumnya, kerabat dari Banda Aceh yang belum pernah ke Takengon sempat ingin berlama-lama ditengah kabut di lokasi wisata panorama Pantan Terong itu. Mereka ingin menikmati berada didalam awan karena di Banda Aceh tidak pernah bisa merasakan berada didalam awan. Sampai akhirnya mereka minta pulang karena menggigil kedinginan ditengah suhu udara yang mencapai 16 derajat Celcius. “Awan ini rupanya yang menyebabkan Aceh Tengah disebut sebagai negeri antara,” kata Wak Mar sambil melangkah kedalam mobil.
Bagi mereka yang ingin merasakan sensasi berada didalam awan, maka Kabupaten Aceh Tengah menjadi tempat yang tepat untuk dikunjungi. Lebih-lebih saat ini jadwal penerbangan dari Medan ke wilayah Aceh Tengah melalui Rembele Airstripe sudah empat kali seminggu. Tentu saja, masalah transportasi bukan lagi menjadi halangan menuju negeri di atas awan, negeri antara.
Uniknya, setelah berdingin-dingin didalam awan, kita bisa menghangatkan tubuh dengan berendam dalam kolam air panas Simpang Balik, Kabupaten Bener Meriah, sekitar 20 Km dari Takengon. Mumpung dalam suasana Visit Aceh Year 2013, tentu kunjungan ke wilayah tengah Provinsi Aceh sekaligus berkesempatan menyaksikan berbagai atraksi budaya, antara lain pacuan kuda yang akan diselenggarakan pada tanggal 18 Februari 2013 dalam rangka HUT Kota Takengon.
sumber: http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/01/21/ingin-menembus-awan-takengon-lah-tempatnya-526726.html